Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bikin Platform Edukasi Gizi, Ayu Fauziyyah Adhimah Terima Apresiasi dari Astra

Hai, sobat techno. Hari ini aku tiba-tiba banget pengen ngebahas tentang sosok inspiratif bernama Ayu Fauziyyah Adhimah yang tahun ini terpilih sebagai finalis SATU Indonesia Awards.

Meskipun ia terpilih sebagai finalis di bidang kesehatan, tapi aktivitasnya menurutku justru berkaitan dengan teknologi dengan ide yang sangat menarik.

Karena itulah, aku tertarik untuk mengulas sedikit tentang sepak terjang ahli gizi asal Sleman, Yogyakarta ini.

Evolusi Cara Mencari Informasi

Cara kita mencari informasi terus berubah seiring waktu. Aku masih ingat dengan jelas, di tahun 90-an masyarakat yang ingin mendapatkan informasi terbaru biasanya akan berlangganan koran, mendengar radio, atau menonton televisi.

Setelah internet mulai booming di era 2000-an, banyak masyarakat yang beralih ke internet untuk mencari informasi. Di era tersebut, koran dan radio perlahan mulai ditinggalkan. 

Di internet, Google adalah salah satu mesin pencarian yang paling diandalkan untuk menemukan berbagai macam informasi yang dibutuhkan, karena kecepatan, keakuratan, dan relevansi sumber-sumber yang disajikannya.

Aku pertama kali mendengar nama Google pada tahun 2004, tepatnya di perpustakaan AMIKOM Yogyakarta. Waktu itu, Google sedang menyiapkan peluncuran Gmail.

Hingga saat ini (tahun 2024), Google sebenarnya masih menjadi andalan banyak orang untuk mencari informasi dari internet. Tapi, di era ini, Google bukan satu-satunya tempat mencari informasi karena muncul beberapa pesaing baru dari platform social media (sosmed) seperti Youtube, TikTok, dan Instagram.

Dua sosmed yang aku sebut terakhir semakin digandrungi oleh anak muda, khususnya dari generasi Z, yaitu generasi muda yang lahir pada antara tahun 1997 hingga 2012.

Sebenarnya nggak cuma generasi Z, generasi Alpha yang lahir pada 2010–2024 dan sudah punya smartphone juga cenderung mengandalkan TikTok atau Instagram untuk mencari berbagai informasi, meskipun Tiktok dan Instagram sebenarnya nggak dirancang sebagai sumber informasi.

Nggak seperti Google yang memiliki aturan ketat dalam menyajikan informasi, informasi yang diperoleh oleh Gen-Z dari TikTok maupun Instagram kebanyakan justru berasal dari influencer.

Dalam menyajikan informasi, Google akan memfilter dan memilih informasi yang paling relevan sebelum disajikan kepada pengguna. Sebaliknya, banyak influencer yang nggak diketahui latar belakang pendidikan dan kredibilitasnya di bidang ilmu tertentu.

Sehingga, berbagai informasi yang mereka sebarkan kadang-kadang nggak bisa dipertanggung jawabkan kebenaranya. Tapi sayang, aturan ini justru sering diabaikan oleh netizen yang nggak terlalu peduli dengan sumber informasi yang mereka dapatkan.

Akibatnya, banyak misinformasi dan disinformasi yang beredar tapi diyakini sebagai sebuah fakta. Fatalnya, berbagai informasi yang salah tersebut kadang-kadang berkaitan erat dengan kesehatan, khususnya gizi.

Beberapa contoh informasi salah yang sering diterima sebagai sebuah kebenaran oleh netizen diantaranya adalah:

  • Saran diet tertentu untuk menaikkan atau menurunkan berat badan. Ada banyak metode diet yang diperkenalkan oleh influencer yang sering ditelan mentah-mentah oleh netizen, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada kesehatan mereka. Jika ingin menjalankan dia tertentu, seseorang wajib melibatkan ahli gizi. Faktanya, sebagian besar diet yang dilakukan oleh artis atau influencer rata-rata melibatkan ahli gizi dalam prosesnya.
  • Makan makanan yang mengandung MSG dipercaya bisa bikin otak jadi bodoh. Faktanya, Direktur Standardisasi Produk Pangan BPOM, Drs. Tepy Usia, Apt, MPhil, PhD, berpendapat bahwa, berbagai penelitian global telah mengonfirmasi bahwa MSG aman untuk dikonsumsi dan nggak bikin bodoh. WHO juga menyatakan bahwa zat ini nggak menimbulkan risiko kesehatan jika digunakan secara moderat.
  • Konsumsi mie instan dapat menyebabkan kanker. Informasi tersebut banyak tersebar di sosial media dan dipercaya oleh banyak orang. Padahal, belum ada bukti ilmiah yang menguatkan pendapat tersebut. Hal ini juga diamini oleh seorang pakar nutrisi bernama Jansen Ongko, MSc, RD.
  • Kopi apabila dicampur dengan durian berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Dan,
  • Ada juga informasi yang mengatakan bahwa, pemanis buatan aspartame yang terkandung di dalam berbagai minuman dapat menyebabkan diabetes, masalah sumsum tulang, hingga menyebabkan kanker otak. Padahal, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah berkali-kali menyangkal klaim tersebut.

Itulah beberapa contoh disinformasi yang tersebar di internet, khususnya di sosial media yang seringkali dipercaya oleh masyarakat awam tanpa dicek kebenarannya terlebih dahulu.

Agar masyarakat bisa terhindar dari informasi yang salah, seorang ahli gizi bernama Ayu Fauziyyah Adhimah asal Yogyakarta dan 2 orang temannya (Salsabila Fasya dan Yusrina Husnul), mencoba mengembangkan platform edukasi gizi yang mereka beri nama Gizepedia Indonesia.

Latar Belakang Gizipedia Indonesia

Banyaknya masyarakat yang lebih mempercayai info gizi yang diutarakan oleh influencer daripada ahli gizi membuat Ayu Fauziyyah Adhimah berinisiatif membuat sebuah platform Gizipedia yang bisa dijadikan sebagai acuan.

Agar informasi yang terdapat pada platform tersebut dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan, Ayu Fauziyyah Adhimah bekerjasama Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI).

Sehingga nantinya, mereka yang akan menyajikan informasi adalah orang-orang yang benar-benar kredibel seperti lulusan ahli gizi, termasuk dietisien, dan nutrisionis.

Platform mengenai gizi ini akan diisi dengan informasi yang lengkap agar masyarakat Indonesia bisa lebih mudah mengetahui gizi makanan yang mereka konsumsi.

Di samping itu, platform ini juga dimaksudkan untuk membantu para siswa yang sedang belajar di sekolah gizi agar lebih mudah mencari info dan rujukan.

Singkatnya, platform Gizipedia dibuat agar bisa dijadikan sebagai rujukan oleh siapapun yang membutuhkan informasi mengenai gizi. Entah itu, jenis gizi yang terkandung atau jumlahnya.

Ide Membuat Platform Gizipedia Berbuah Award dari Astra

Ide membuat platform Gizipedia yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengecek nilai gizi atau untuk menghitung nilai gizi pada makanan membuat Ayu Fauziyyah Adhimah mendapatkan apresiasi dari Astra pada ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards periode 2024.

Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards yang juga sering disebut sebagai SATU Indonesia Awards, merupakan bentuk apresiasi Astra bagi generasi muda Indonesia yang mampu membuat perubahan positif dengan ide-ide kreatif mereka di bidang: Teknologi, Kewirausahaan, Pendidikan, Lingkungan, atau di bidang Kesehatan seperti yang dilakukan oleh Ayu Fauziyyah Adhimah.

Selain dapat hadiah dana puluhan juta rupiah, para pemenang juga akan diberikan pendampingan dalam menjalankan kegiatannya.

Program SATU Indonesia Awards ini bisa diikuti oleh individu atau kelompok dan diadakan setiap tahun. Adapun cara mengikuti SATU Indonesia Awards yang diadakan oleh Astra ini bisa dilihat di halaman https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards/how-to-submit.

Post a Comment for "Bikin Platform Edukasi Gizi, Ayu Fauziyyah Adhimah Terima Apresiasi dari Astra "